

Dialah Tara, yang melihat makhluk hidup timbul tenggelam dalam samudra penderitaan yang tiada batas, melalui pengetahuan akan ketiga masa, yang menjadi satu-satunya penuntun jalan di dunia menuju pada tujuan yang diinginkan agar tercapainya kesempurnaan bagi manusia dan dewa.
Prasasti Pendirian Candi Kalasan, 778 M

Menurut tulisan yang terukir di salah satu benda bersejarah peninggalan candi ini, Arca Buddha yang menempati bangunan utama candi bukanlah arca biasa yang dibuat oleh manusia, melainkan muncul secara gaib sebagai salah satu bentuk perwujudan Sang Buddha

“I pay homage to the Cosmic Mountain of the Perfect Buddhas… endowed with awe-inspiring wisdom – whose profound caves are knowledge, whose rock is excellent tradition, whose briliance is owing to its relic: the Good Word whose stream are love, whose forest are meditation – trully the Mount of Few Desires, which is not shaken by the eight horrible winds: the worldly qualities.”
The Ratu Boko Inscription, 729 AD.




CANDI KALASAN terletak di desa Kali Bening, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan petunjuk prasasti, candi ini diperkirakan dibangun pada tahun 778 masehi. Jadi merupakan candi Buddhis tertua berdasarkan data arkeologi yang ditemukan hingga saat ini. Dibangun sebagai mandala bagi Dewi tara, objek ibadah dan perlindungan bagi kerajaan berdasarkan ajaran Tara Bhava Tantra yang disebut Mandala Sembilan Devata.
Raja Rakai Panangkaran adalah raja dari wangsa Sanjaya yang mendanakan tanah di sebuah desa dan membangun mandala di atasnya bagi Bhagavati Dewi serta vihara untuk Sangha. Prasasti yang pernah ditemukan di lokasi candi juga menceritakan bahwa Guru dari Raja Syailendra menganjurkan Raja Rakai panangkaran untuk mendirikan mandala Dewi Tara dan vihara untuk sangha.
Tentu saja pada awal mulanya pasti telah terjadi sesuatu yang mencemaskan bagi seluruh kerajaan, misalnya ancaman gunung merapi, atau mungkin telah terjadi gangguan dari makhluk jahat seperti yaksha, raksasa, vetala, dan gandharva yang membahayakan komunitas penduduk pada masa itu. Mungkin juga adanya serbuan atau gangguan dari binatang-binatang buas, termasuk juga epidemi yang mematikan bagi rakyat.
Jadi mandala ini pada awalnya dibangun untuk tujuan darurat. Namun kemudian berkembang menjadi pusat perziarahan dan puja bagi seluruh lapisan masyarakat di kerajaan dan banyak orang dari berbagai negara lain. Ini bisa terjadi karena popularitas tempat suci ini kian menyebar ke berbagai penjuru dunia dibawa oleh para pedagang antar negara, ataupun mereka yang telah diberkati oleh Dewi Tara.
Bahkan penyembah agung Dewi Tara, Guru Chandragomin, yang telah menerima siddhi dan penampakannya yang merupakan anugerah dari Dewi Tara, yang hidup di pertengahan tahun 700 Masehi juga mengetahui bahwa Dewi Tara dipuja dengan hebat di Kalasan, hal ini tertulis di salah satu bait pujiannya kepada Dewi Tara.
Sebagaimana zaman sekarang, meskipun setiap orang dapat memiliki rupa istadevata apa pun dan mendirikan tempat pemujaannya sendiri di rumah, tetapi mengunjungi tempat suci agung yang dibangun dengan dana besar kebajikan raja, cucuran keringat para penyembah yang mendanakan tenaganya, dan rasa bakti yang membara jauh lebih mengesankan.
Besar dan indahnya candi, agungnya arca Dewi Tara di ruang utama dan kedelapan manifestasinya yang lain di keempat penjuru lainnya yang diduga semula dibuat dari bahan logam berharga, juga adanya Guru Suci yang hidup di tempat tersebut menimbulkan keinginan kuat bagi siapa pun para penyembah Dewi Tara dan pencari perlindungan untuk datang berdharmayatra, melihat, dan menerima berkah Dewi Tara, baik untuk tujuan perlindungan dari suatu marabahaya atau untuk menjalankan ibadah seperti pradaksina yang biasanya dilakukan berhari-hari dalam jumlah ribuan untuk tujuan purifikasi karma buruk, namaskara terus menerus untuk menghalau rintangan spiritual dan menyempurnakan kebajikan sesuai tuntunan kitab suci Karmavibangga Sutra atau sutra Mahayana lainnya, atau juga melakukan puja persembahan pelita, bunga, makanan, api homa, dan melafalkan puji-pujian yang ditulis oleh para Mahaguru yang telah mencapai siddhi dari Dewi Tara, atau bahkan melafalkan mantranya.
Pada akhirnya candi direnovasi dengan memperbesar dan memperindah bangunannya hingga menjadi yang sebesar sekarang dapat kita saksikan sisa-sisanya. Pada perkembangannya bahkan menjadi pusat pendidikan dan kegiatan Mahayana Vajrayana di mana di sekeliling candi dapat ditemukan berbagai bangunan seperti vihara, arama, asrama, yaitu bangunan untuk para yogi dan para pengunjung upashaka upashika. Yang dapat kita saksikan saat ini adalah Candi Sari yang berjarak 600 meter dari Candi Kalasan.
Pada masanya Candi Kalasan tidaklah sepi dan terlantar seperti keadaannya yang kita lihat sekarang ini. Pada masa tersebut kerajaan diatur berdasarkan ajaran Dharma, dan raja sendiri merupakan seorang penyembah. Oleh karenanya kehidupan keagamaan adalah kegiatan utama bagi seluruh rakyat dan keluarga raja.
Pada purnama siddhi dan hari-hari istimewa lainnya raja sendiri bersama keluarga dan pengiringnya mengunjungi candi untuk menyembah Dewi Tara dengan segala kemegahan dan kekhusyukan memohon perlindungan, berkah, atau siddhi demi kebahagiaan diri, keluarga, serta seluruh rakyatnya.

CANDI PLAOSAN merupakan vihara yang terdiri dari dua bangunan utama yang serupa baik struktur maupun arca Bodhisattva yang terdapat di dalamnya. Yang satu digunakan oleh para bhiksu, sedangkan yang lainnya digunakan oleh para bhiksuni.
Di dalam candi terdapat arca delapan Bodhisattva utama: Arya Maitreya, Arya Samanthabadhra, Arya Avalokiteshvara, Arya Akashagarbha, Arya Ksitigarbha, Arya Sarvanivaranaviskambini, Arya Manjushri, dan Arya Vajrapani. Sebagian arca masih utuh, sebagian telah mengalami kerusakan, dan sebagian lagi telah hilang. Sedangkan di halaman di sekitar candi utama terlihat sisa reruntuhan candi-candi kecil lainnya. Beberapa stupa besar yang sangat indah masih terlihat hingga saat ini.
Di halaman belakang kompleks candi terdapat sebuah pelataran yang dikelilingi oleh sederetan arca Buddha dan Bodhisattva. Yang di tengah terdiri dari lima arca Buddha masa lalu dan lima arca Buddha masa kini. Sedangkan di sebelah kiri dan kanan terdapat para Bodhisattva. Diantaranya juga terdapat arca Buddha Jambhala, Buddha Kemakmuran yang melindungi makhluk samsara dari penderitaan, khususnya penderitaan karena kesulitan ekonomi dan materi yang disebabkan karena kurangnya kebajikan.
Candi Plaosan terletak di Dusun Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 2 km ke arah timur laut dari kompleks percandian Prambanan. Dari Jalan Raya Jogja-Solo atau tepatnya sebelah timur kompleks Candi Prambanan beloklah ke kiri (utara) dan susuri jalan sampai tikungan ke arah kanan (timur) dan melewati kantor suaka Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Tengah. Candi terletak 300 meter dari kantor tersebut.

ABHAYA GIRI VIHARA berada di dalam kompleks situs Keraton Ratu Boko yang dahulunya merupakan Istana Raja Syailendra. Kompleks istana ini sangatlah luas, terletak di atas sebuah bukit sehingga pemandangan di sekitar nampak membentang luas. Dari kejauhan terlihat Candi Prambanan berdiri megah dikelilingi berbagai pepohonan.
Di dalam kompleks istana dapat dijumpai gapura utama, telaga, dan sisa-sisa fondasi bangunan masih terlihat kokoh berdiri. Bangunan istana sendiri sudah tidak ada lagi karena terbuat dari kayu. Hal ini menunjukkan kebesaran karakter seorang Raja Buddhis yang bijak dalam menggunakan harta kekayaan dan kebajikan yang dimilikinya.
Raja tidak menghamburkan kekayaan kerajaan untuk memenuhi keperluan pribadinya. Namun untuk keperluan ibadah, Raja dan seluruh rakyatnya tidak segan-segan menggunakan segenap kemampuannya untuk membangun candi yang semegah mungkin.
Keraton Ratu Boko terletak 2 km sebelah selatan Candi Prambanan, tepatnya di Dusun Kawung, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Untuk menuju ke lokasi, dari simpang tiga Candi Prambanan anda harus berbelok ke arah selatan (Jalan Jogja-Piyungan) sampai menemukan sebuah bukit dengan pepohonan hijau dan asri dan pintu masuk Keraton Ratu Boko.
Jalan alternatif lainnya adalah terus melintasi Jalan Jogja-Piyungan dan pada kilometer ketiga terdapat simpang tiga. Ambil arah ke kiri (timur) menuju Ratu Boko, Candi Barong, atau Banyunibo (ada papan petunjuk). Sebelum sampai di Candi Barong (kira-kira 2 km) belok kiri (utara) dan ikuti jalan desa yang menanjak dan berliku sampai pintu gerbang Kompleks Ratu Boko.

CANDI MENDUT sesungguhnya merupakan bangunan Garbhadhatu Mandala menurut kitab suci Mahavairocana Sutra. Di dalam candi pada altar utama terdapat arca Buddha Shakyamuni (Srisakyasimha Mahavairocana), di samping kanannya Arya Avalokiteshvara, sedangkan di samping kirinya Arya Vajrapani.
Di luar candi, terdapat berbagai istadevata yang dipahatkan di setiap sisi dinding candi. Di samping kiri pintu masuk adalah Bodhisattva Ksitigarbha, di samping kanan pintu masuk Arya Sarvanivaranaviskambini. Di pojok kanan dinding kiri candi adalah Bodhisattva Maitreya, yang di tengah Mahacundi, sedangkan di pojok kirinya Arya Samantabhadra. Di dinding belakang, yang di tengah adalah Avalokiteshvara Jnanasagara, pojok kanan Arya Avalokiteshvara, pojok kiri Arya Vajrapani. Pada dinding kanan candi, yang ditengah adalah Bhagavati Prajnaparamita, pojok kanan Arya Manjushri, pojok kiri Arya Akasagarbha.
Saat akan memasuki ruang candi, di sebelah kiri terdapat ukiran Dewi Hariti (Pelindung Anak-anak), sedangkan di sebelah kanan terdapat ukiran pohon Kalpavreksa dan Dewa Kuvera. Pada relung-relung di dinding sebelah dalam candi terdapat para Buddha.

CANDI SEWU atau Manjushri Graha merupakan vihara sekaligus Mandala yang dibangun untuk Buddha Manjushri, Buddha kebijaksanaan. Arsitektur candi sangatlah megah dan indah. Ruang utama candi hampir seluruhnya terisi oleh singgasana Buddha Manjushri. Hal ini menandakan arca yang menempatinya pastilah sangat besar, namun kini arca tersebut sudah tidak ada lagi. Candi utama dikelilingi oleh banyak sekali candi-candi kecil dalam formasi yang berlapis-lapis.
Candi Sewu terletak di sebelah timur kompleks Candi Prambanan. Oleh pengelola taman wisata, kompleks kedua candi telah digabung menjadi satu, sehingga untuk memasukinya harus melalui pintu masuk utama Candi Prambanan.
Mengelegar laksana naga, engkau membangunkan orang dari ketiduran akibat pertentangan emosi, membebaskan manusia dari belenggu karma. Menghalau gelapnya kebodohan mereka, bilah pedangmu memutus akar penderitaan.
Doa kepada Arya Manjushri